PERKARA SEBUAH KENANGAN

     Terkadang, mempunyai kenangan adalah masalah terberat. Bukan sebanyak apa kenangan yang telah dilalui, namun karena apa kenangan itu terhenti dan tersimpan di sudut ruang yang sulit kau raih namun masih bisa kau lihat dengan mata nanar. Masih menyalahkan diri sendiri, berusaha melupakan kenangan yang malah membuat kita terlempar ke dinding dan merasa terluka.

    Kenangan itu, bukan hanya sebuah luka. Melainkan memori yang terlalu indah yang mampu menyayat hati dan munculah lara. Melainkan sebuah rangkaian cerita yang terkadang mampu menyunggingkan senyum di bibirmu. Melainkan sebuah waktu di mana tak pernah terjadi sebelumnya dalam hidupmu. Melainkan sebuah masa di mana mampu membuatmu merasa hidup ini lebih ringan. Melainkan sebuah emosi yang mampu membuatmu membakar haru menjadi pilu.

     Sebuah kenangan akan tetap menjadi kenangan yang hanya akan berdiam diri dalam sudut ruang dan mencoba membuatmu mengingat masa lalu yang bisa jadi kau hindari atau mungkin malah kau rindukan. Kenangan tak akan bisa menghilang meski kau mencoba untuk menghilangkannya, menghapusnya, apalagi membakarnya. Alih-alih melupakan, mungkin kau akan semakin menginginkannya.
    
    Ada sebuah harga, berkah, dan lara dalam sebuah kenangan. Yang harusnya bisa kau jadikan sebuah pembelajaran diri. Yang bisa kau jadikan sebuah tameng untuk melangkah dan menghindari masalah yang mungkin pernah kau alami—mencoba untuk menyentuhmu lagi. Yang seharusnya bisa membuatmu merasa nyaman dengan masa-masa lalumu. Yang seharusnya bisa menjadikanmu lebih kuat. Yang seharusnya mampu membuatmu menjauh dari pilu.

    Ada hal yang mampu mengingatkanmu tentang berharganya kenangan meski itu adalah sebuah lara. Yaitu waktu yang kembali terjadi meski itu bukanlah sebuah waktu yang benar-benar sama. Kenangan itu menuntunmu bagaimana harus berlaku. Kenangan itu menuntunmu untuk semakin percaya bahwa sebuah pembenahan diri lebih baik daripada kau harus banyak bertingkah. Kenangan itu memberi tahu rasa sakit apalagi yang akan kau rasakan ketika salah melangkah. Kenangan itu membuatmu tersenyum dan merasa kau tak perlu khawatir dengan rasa sakitmu.

   Namun, kenangan itu sedikit membuatmu tergores dan terluka. Kenangan itu membuatmu merasa bersalah dan menghentikan diri ini untuk melangkah. Kenangan itu membuatmu merasakan trauma. Kenangan itu membatasi dirimu untuk menggenggam sebuah janji yang kau terima. Kenangan itu membuatmu berpikir ribuan kali untuk membuka mata. Kenangan itu membuatmu enggan untuk meraih harapan yang telah kau coba untuk rangkai.

   Adakah yang salah dengan kenangan? Atau malah dirimu yang menjadi sebuah permasalahannya? Atau waktu kah yang sebenarnya adalah masalah utamanya?
Tentu. Tentu saja dirimu. Dirimu yang tak mau mencoba untuk menengok sejenak bagaimana hal yang ada di depanmu. Sebagai awal untuk melangkah, melihat, bahkan untuk kau raih. Tentu saja, itu sulit. Tentu saja itu sakit.

    Namun, tengoklah sejenak. Biarkan dirimu terbawa arus dan mencoba untuk sekedar menengok dan akhirnya mampu kau jalani. Mampu kau pandangi, dan mampu kau raih. Hingga akhirnya, hal itu menjadi hal yang pernah kau jalani, pandangi, raih, bahkan kau miliki. Berdamailah dengan rasa bersalah. Berdamai lah dengan masa lalu. Berdamailah dengan semua orang yang pernah kau batasi dalam hidupmu. Karena beberapa dari mereka, bukan sekedar untuk mengetahui hidupmu. Namun, untuk menggenggam tanganmu dan menuntunmu untuk melihat hal terbaik dalam hidupmu.


Komentar

Postingan Populer