Kemungkinan? Atau Ketidakmungkinan.

     Andai, ada yang mengandaikan suatu hal yang tidak mungkin. Mungkin, ada yang memungkinkan sesuatu yang tidak terjadi. Namun, apakah hal yang kita andaikan, kita mungkinkan, akan terjadi begitu saja? Adakah jalan yang mampu menembus kemungkinan itu? Ini sedikit kemungkinan yang aku andaikan, mungkinkan terjadi, namun entah akan terjadi atau tidak.

     Selepas siang, mungkin mentari akan bersinar dengan terik. Namun tiba saja hujan jatuh mengguyur punggung ini. Menandakan langit sedang berduka. Itulah kemungkinan yang nyatanya tidak terjadi. Aku hanya ingin memberi tahu bahwa aku tak memungkinkan hal yang satu ini. 

     Pastilah tahu, bahwa hati tak bisa diatur begitu saja. Untuk suka, cinta, atau benci. Sukailah semaumu ketika kau mampu. Namun, bencilah sewajarmu ketika kau tak mampu menyentuh, bahkan meraih batasan itu. Ada hal yang membahagiakan datang begitu saja. Masuk ke dalam hati lalu mempermainkan hati. Semaumu menunggu, semaumu memberhentikan detak jantung maupun aliran nadi. Pun, yang sedang meradang dalam hati. Siapa sangka, ada sekelebat rasa yang begitu saja merubah dan mengembalikan ruang tak berdaya di sudut hati. Ada berkah dan ilusi yang saling memainkan kisah di sana. Namun, itu hal yang paling tak mungkin kau sanggah. Kan? Lagi-lagi tak mungkin dan tak mungkin. Aku sudah katakan belum, bahwa bersiap-siaplah dengan adanya banyak ketidakmungkinan ketimbang kemungkinan? Apalah itu halnya, namun aku atau pun kau masih menyimpan harap untuk dapat merubah 2 hal itu. Masih mampu mendongakan kepala dan mengangkat tangan untuk menerbangkan doa. 
     
     Apa sih yang aku bicarakan? Sedikit membahas yang sebelumnya, tapi tak mungkin aku bahas panjang lebar. Banyak orang yang datang dan pergi begitu saja. Namun, kau mampu tenang. Karena nama itu telah digenggam Tuhan dengan aman. Tapi apakah kau tahu? Setenang-tenangnya kau selepas ujian semester, namun kau tak akan tahu seberapa tenang kau menghadapi hidupmu ini. Masalahnya, sungguh ketika kau dewasa-selepas SMA intinya-kau tak mampu menerka apa yang akan kau hadapi. Sungguh sulit. Kau merasa itu ujian, kan? Itu bukan ujian. Namun kadang tersadar di benakku, itu adalah hal yang paling mungkin aku ciptakan untuk menyulitkan diri sendiri. Namun, kadang hal itu memuncak dan tak mampu membalikkan akal sehat. Tunggu, tiba-tiba saja kau jadi gila. Kau muak. Kau merasa pontang-panting. Kau merasa, kau tak perlu memikirkan hal itu. Namun hal itu masih saja hadir. Bahkan sampai kau berusaha mencari waktu dan kegiatan untuk saling melupakan. Apa pun yang kau usahakan, ketika kau tak bisa menerima bahwa itu adalah ciptaanmu sendiri, maka kau tak akan menemui titik terang. Kau tak akan mampu mengatur hal tersebut. Kau tak mampu bicara sedikitpun tentang hal apa yang akan kau lakukan untuk membuangnya. Semakin kau menolak, semakin kuat ciptaanmu mengajak kau untuk tidur dalam kegelisahan. Bahkan keranjingan dengan hal semenyedihkan itu. Seperti kau mencoba menggantungkan pakaianmu pada kapstok untuk merapikan, namun alih-alih merapikan. Makin berantakan di satu sudut, iya. 

     Bayangkan. Tidak maksudku renungkan. Apa yang terjadi ketika kau mencoba bahkan berjanji untuk menolak? Aduh, kau yang tak pernah merasakannya pasti tak mampu merenungkan. Aku tahu, hal itu akan memenuhi ruangan di hati dan membakar buih-buih kegelisahan. 

     Ayolah, terima saja.. Mau kau berusaha untuk menyanggah bahwa kau kuat, kau takkan mampu tergoda dan masuk ke dalam hal itu? Tidak mungkin. Kalian tidak ambigu kan? Maksudku, kedalam hal yang namanya, katanya sih "jatuh cinta". Itu tidak akan membuatmu membuka mata begitu saja. Apalah arti kata aku mah apa, ketika kau sedang merasakan hal itu mungkin itu akan masuk jadi daftar kalimat terbaik di kamusmu. Tak semua orang begitu. Tapi, ada saja kan yang seperti itu? 

     Dia, bukan namun mereka para pendatang, datang untuk sekedar menyapa. Namun sekaligus memendamkan harap pada si penerima pendatang. Kadang ia pergi, katanya untuk menitipkan kasih pada penerima. Namun, ternyata dengan yang terkasih lainnya. Ah, aku masih belum mengerti yang seperti ini. Namun tak ada buku yang mampu menjelaskan sejelas-jelasnya. Namun, terkadang pengalaman mampu menjadi inspirasi untuk mengokohkan diri. Jangan percaya diri dulu katanya. Itu yang sering menjadi makna negatif namun membangkitkan keyakinan untuk tidak gelisah. Itu berhasil. Coba lah kau berkaca, lalu bicara begitu dengan dirimu. Spontan saja. Kau akan berpikir aku tak harus menerima hal itu darinya. Aku bukan yang ditunggunya. Sekadar datang untuk mengucap salam pembuka. Namun entah pergi kemana tanpa salam penutup. Biarkan saja, biasakan saja. Anggaplah mereka teman yang harus disamakan. Bukan untuk dispesialkan. Jikalau nanti Tuhan membuka genggamannya dan kartu itu telah terbuka, maka kau tahu mana yang harus kau spesialkan. Bukan apa-apa namun sering tersakiti tanpa sadar. Itu lebih menyakitkan. Itu seperti sel kanker yang diam-diam menggerogoti hati lalu menyakiti. Dan mampu membuat diri pergi. Sama. Jiwa aslimu mampu pergi karena hal yang memang sekali lagi kukatakan "tidak mungkin" untuk terjadi. Mampu membuatmu berubah menjadi kepalsuan. Merenggut jiwamu yang sebenarnya. 

     Namun, biarkan saja. Sekali lagi, ikuti saja. Mungkin dari hal tersebut, telah terselip sepatah harapan, atau makna yang sebenarnya adalah ilmu untuk meluruskan hidupmu. Agar mampu membuat Tuhan membuka genggamannya dengan sempurna. Biarkan Tuhan yang menyempurnakan kehidupan kita. Bukan kita. Namun teruslah berusaha, karena itu kuncinya.
"Seberusahanya kamu menyempurnakan, akan kalah dengan kesempurnaan Tuhan yang telah Dia berikan"

     "Apakah aku perlu percaya bahwa menunggu itu takkan sia-sia? Perlu. Namun menunggu takdir yang telah digariskan Tuhan." Ini sekadar ocehanku saja. Ehm.....

Ini hal yang aku tidak mungkinkan namun mampu dimungkinkan oleh Tuhan. Biasanya sih, untuk penyemangat di kala jatuh karena hal sepele itu. Semesta saja percaya bahwa Tuhan yang mengaturnya, masa kamu tidak?







NB: Terinspirasi salah satunya dari blog ka Ghea Safferina. It's mean, thats the blog's link: http://blog.gheasafferina.com/2016/04/newchapter-01-begining-of-everythings.html .

Komentar

Postingan Populer